Rabu, 10 April 2013

Nestapa Sang Pembunuh Raksasa

Beberapa tahun lalu Persibo Bojonegoro secara heroik menjadi kampiun divisi utama lewat perjalanan penuh liku dan hambatan. Kata orang saat itu "juara yang tak diharapkan". Bagaimana tidak? Persibo saat itu tidak dijagokan dan banyak yang mengatakan jika Persibo bukan tim yang "disiapkan" untuk naik kasta oleh PSSI era itu. Terbukti memang, sejak 8 besar Persibo dikerjai habis-habisan namun berhasil lolos dari lubang jarum dan melaju hingga semifinal sebelum akhirnya menjadi juara. Banyak dukungan dan pujian datang setelah peristiwa yang tak akan pernah dilupakan oleh Boromania saat itu. Tak salah jika Persibo dijuluki sebagai "The Giant Killer".

3 tahun kemudian semua berubah. Persibo menjadi pesakitan. Cibiran, cercaan, hinaan datang silih bergati tak hanya dari insan sepakbola lokal tapi juga dunia. Penyebabnya tak lain & tidak bukan adalah kekalahan memalukan 8 - 0 saat bertanding di ajang AFC Cup melawan klub Hongkong Sunray Cave. Di laga tersebut wasit harus menghentikan pertandingan karena Persibo hanya menyisakan 6 pemain di lapangan. Penyebabnya adalah adalah pemain yang tak dapat melanjutkan pertandingan karena cedera dan kelelahan. Pelatih & Pemain Sunray Cave merasa terhina dengan kejadian tersebut. Di beberapa media dia mengatakan merasa terhina dengan kemenangan tersebut dan menuduh Persibo tidak punya semangat sportivitas. Kekalahan memalukan itu juga menjadi santapan media nasional bahkan internasional. Sungguh menyedihkan.

Sebelum pertandingan tersebut sebenarnya Persibo juga mengalami kekalahan telak di ajang AFC Cup 0 - 7 di Manahan Solo saat bertindak sebagai tuan rumah saat menjamu New Radiant klub Maladewa. Dan seminggu kemudian hampir menang saat menjamu Sunray Cave di tempat yang sama sebelum tendangan bebas pemain Sunray Cave di menit akhir memaksa hasil imbang 3 - 3. Setelah itu giliran Persibo harus melawat ke Hongkong untuk melawan Sunray Cave. Skuad yang dibawa ke Hongkong pun tidak ideal, karena hanya membawa 12 pemain (dan hanya membawa 1 penjaga gawang). Keberangkatan tim juga tak kalah amburadulnya. Skuad Persibo baru tiba di hari yang sama saat pertandingan akan dilaksanakan. Pagi tiba di bandara, malamnya langsung ke stadion untuk bertanding. Tanpa uji coba lapangan, tanpa istirahat yang cukup dan bisa dibilang tanpa persiapan yang memadai.

Lazimnya tim sepakbola di Indonesia, Persibo juga tak lepas dari yang namanya kesulitan dana. Bahkan pemain yang bermain untuk Persibo di ajang AFC Cup & IPL belum mempunyai ikatan kontrak dengan Persibo. Mereka hanya di beri uang saku seadanya. Bayangkan, pemain yang tiap hari berlatih dan bertanding belum mempunyai nasib yang jelas karena tak ada kontrak. Bahkan, beberapa jam sebelum pertandingan melawan New Radiant di AFC Cup pemain akan melakukan mogok tanding sebelum manajemen memberi kepastian, yang pada akhirnya mogok tersebut tidak jadi dilaksanakan karena manajemen berjanji akan memberi kepastian setelah pertandingan tersebut. Penandatangan kontrak pun baru dilakukan beberapa hari sebelum keberangkatan ke Hongkong. Itupun tidak semua pemain mau menandatangi kontrak, hanya pemain lokal asli Bojonegoro saja. Persibo pun berangkat ke Hongkong dengan seribu satu masalah.

Menyedihkan, sebagai warga Bojonegoro dan pecinta Persibo saya merasa miris, malu, sedih dengan kejadian di Hongkong tersebut. Peribahasa mengatakan makin tinggi pohon makin kencang angin yang menerpa. Namun saya, kami, dan semua pecinta Persibo tak menyangka & mengira angin yang menerpa akan sekencang ini. Tim yang dulu dipuji dan dielu-elukan kini dihina & dicerca habis-habisan. Sebagai bagian yang tak mungkin terpisahkan dengan Persibo kami takkan pernah meninggalkan tim ini di belakang. Kondisi ini membuat kami akan terus mengawasi dan mengawal tim ini untuk menjadi lebih baik kedepannya.

Persibo adalah cerminan, cerminan dari kondisi sepakbola Indonesia saat ini. Dan lagi dan lagi, Persibo harus menjadi tumbal dari masalah pelik persepakbolaan di Indonesia yang tak berkesudahan. Semoga ini menjadi peristiwa terburuk terakhir yang pernah kita alami dan lalui. Saya memang bukan siapa-siapa. Saya hanya seorang pecinta sebuah klub sepakbola yang kadang mengumpati wasit dari atas tribun stadion. Tapi, atas nama Persibo Bojonegoro, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat pecinta sepakbola Indonesia.

Apa yang tak bisa membunuh kami, akan menjadikan kami lebih kuat.

Tidak ada komentar: