Senin, 12 September 2011

Mari Bermain Fantasy Football

Entah apa yang terjadi dengan saya sampai bisa "keranjingan" bermain Football Fantasy seperti sekarang ini, padahal kurang lebih satu bulan yang lalu saya baru mengenal permainan ini. Awalnya, saya mengetahui permainan ini dari salah seorang Redaktur situs sepakbola online yang saya follow di twitter. Waktu itu beliau beberapa kali nge-tweet tentang Formasi pemain-pemain Premier League dari berbagai klub dan masuk dalam line up tim buatannya di Fantasy Football tersebut. Beliau juga sering mengajak untuk berpartisipasi dalam permainan tersebut dan memberi link kepada para followers nya. Dengan sangat penasaran, saya pun akhirnya membuka link tersebut dan memulai ikut bermain. Seperti kebanyakan pemula lainnya, awalnya saya sempat kebingungan dalam memahami tata cara mengikuti permainan ini. Setelah baca beberapa rules yang terdapat dalam menu permainan tersebut, akhirnya sedikit demi sedikit saya mulai bisa memahami permaianan ini. Dan, Wallahhh!!! This is it!!! Udang Galah saus tiram ala chef Far.. Hasyaahh!!!.

Saya akan mencoba jelaskan sedikit tentang bagaimana cara memainkan di permaianan ini. Di awal permainan kita bisa membuat tim/klub dengan nama sesuai keinginan kita, selanjutnya kita akan mendapat modal uang sebesar 100 (juta ponds/euro/dollar saya juga kurang tahu, anggap saja cuma nominal itu saja). Kita diharuskan memilih 11 pemain mulai dari penjaga, gawang, bek, gelandang, hingga penyerang. Sebelumnya kita juga diperkenankan untuk memilih formasi tim kita, (4-4-2)-(4-3-3)-(3-4-3) dst. Selanjutnya kita bisa memilih/membeli pemain yang ingin kita masukkan dalam tim. Semakin hebat/jago pemain yang kita pilih semakin mahal harganya, maka dari itu pilih pemain yang yang pas dengan budget dan mengambil dari bebrapa tim agar tidak defisit nanti modal kita. Uang yang bisa kita belanjakan maksimal adalah 100. Pemain-pemain bintang seperti Wayne Rooney, Carlos Teves, Frank Lampard harganya bisa diatas 10 bahkan mencapai 20. Jadi, kalo kita pilih pemain-pemain bintang tersebut sebaiknya kombinasikan dengan pemain-pemain dari klub medioker seperti QPR, Swansea atau Blackburn yang harga pemainnya lebih murah. Setelah yakin akan pemain pilihan kita, kemudian kita bisa simpan tim pilihan kita tersebut.



Trus Dimana Serunya? Nah, menurut saya serunya adalah bagaimana penilaian dilakukan. Penilaian dilakukan sesuai dengan performa pemain di lapangan sebenarnya atau di dunia nyata. Jadi, ketika pemain pilihan kita bermain bagus di pertandingan sesungguhnya, maka semakin banyak poin yang kita dapat. Saya akan mencoba sedikit menjelaskan bagaimana cara penilaian di permainan ini. Ketika pemain pilihan kita di pasang sebagai starter kita sudah mendapatkan poin. Poin dari seorang pemain akan terus bertambah apabila performa pemain tersebut di lapangan bagus, contohnya ketika pemain tersebut memberi assist atau mencetak gol. Selain itu, poin seorang pemain akan bertambah jika melakukan hal-hal sebagai berikut; Menendang ke arah gawang, Dilanggar pemain lawan, mengambil tendangan bebas & pojok, mem-block tendangan lawan, menyelamatkan gawang, menhan tendangan penalti (untuk penjaga gawang) dst. Poin dari pemain juga bisa berkurang atau tidak maksimal jika melakukan berbagai tindakan seperti; Pelanggaran, Pelanggaran yang membuahkan kartu kuning/merah, diganti, gol bunuh diri, dst. Begitulah permainan ini kira-kira, berbeda dengan bermain PES atau Fottball Manager misalanya, di game-game tersebut kita masih bisa mengadalkan keahlian kita dalam memainkannya. Selain itu di game-game virtual tersebut peforma pemain atau tim masih banyak dikendalikan oleh Computer. Di Fantasy Football lebih ditekankan pada keahlian kita melakukan prediksi dan tebak-tebak buah manggis.

Setelah semua pertandingan dilaksanakan, poin akan diakumulasikan. Kita bisa melihat poin yang diberikan ke setiap pemain yang akan dijumlah dengan pemain lain. Akhirnya kita bisa melihat akumulasi total poin yang kita dapat dalam tim kita. Dan begitulah seterusnya, kita juga bisa melihat berada di peringkat berapa kita dalam klasemen. Kita juga bisa gabung/membuat liga pribadi yang isinya teman-teman kita sendiri. Bahkan ada yang memberikan hadiah jugajika berhail menjadi juara, so? tunggu apalagi?

Dan berikut ini beberapa program yang bisa dicoba, kebetulan saya ikut semuanya.



1. Yahoo Premier League Indonesia

2. Serie A Live Fantasy

3. UEFA Champions League Fantasy

Selamat Mencoba!!!

Selasa, 26 April 2011

Stop Kekerasan Dan “Blok” Suporter Indonesia!

Kekerasan di dunia sepakbola Indonesia kembali terjadi, salah satu anggota singaperbangsa mania (sipermania) tewas mengenaskan karena bagian depan kepalanya disabet samurai oleh salah seorang dari belasan pemuda yang mencegat rombongan korban yang pada saat itu sedang mengawal kepulangan Aremania, di Jalan raya A. Yani, depan Kantor Perdagangan Karawang, Minggu malam.



Muhammad Azis alias Sijalu bin Enjun Junaedi, 13, warga Kampung Jatirasa RT 14 RW 01 Kelurahan Karangpawitan, Karawang Barat, yang juga merupakan salah satu admin dari sipermania cyber, Senin pagi pukul 08:00, tewas ketika dalam perawatan di ruang UGD RSUD Karawang, setelah semalam sempat di rawat di RSU Bayukarta, Karawang.

Kekerasan suporter sepak bola seolah telah menjadi fenomena yang menyita perhatian sebagaian besar masyarakat belakangan ini. Tindakan pendukung sepakbola yang “membajak” dan menjejali gerbong kereta hingga di atas atap, berkelahi dengan brutal, merusak fasilitas-fasilitas umum, menghancurkan dan membakar properti-properti pribadi seperti mobil dan rumah-rumah, “perampokan” warung-warung dan toko-toko, merupakan ironi dari semangat olahraga (sepakbola) yang menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas.

Sepakbola sebagai cabang olahraga terpopuler di dunia seolah terus-menerus memiliki wajah seram. Bahkan di Indonesia, kekerasan boleh dikatakan telah begitu rupa mengambil alih wajah persepakbolaan nasional secara umum sehingga hampir-hampir mustahil untuk menghapusnya.

Sebenarnya kekerasan suporter sepakbola tak bisa dilepaskan begitu saja dari semangat kesukuan masa lalu yang diwariskan ke genarasi hari ini sebagai sisi-sisi gelap tersembunyi dalam diri manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat sosial. Watak kekerasan yang diwaris dari masa tribalisme bukanlah satu-satunya akar. Campurtangan kepentingan politik dalam penyelenggaraan roda kompetisi maupun pengelolaan klub juga menjadi faktor penting sebagai penyulut terjadinya kekerasan.

Pengaruh kekuatan politik tertentu ini secara nyata tampak pada pasang naik-surutnya dukungan Pemerintah Daerah kepada kesebelasan kota seiring dengan pergantian dominasi politik. Hal ini juga dapat dilacak dari negosiasi-negosiasi (transaksi-transaksi politik) sangsi yang dijatuhkan oleh PSSI.

Sikap ketidakpatuhan terhadap aturan-aturan ini merupakan cermin langsung dari tidak profesionalnya pengelolaan kompetisi dan klub. Sikap ketidakpatuhan para pengelola inilah yang merembet atau menulari para suporter. Oleh karenanya, pengelolaan profesional sepakbola (industrialisasi sepakpola) dalam kompetisi yang didengung-dengungkan pada kenyataannya hanya bersifat semu.
Kekerasan suporter sepakbola sebenarnya bisa diredam atau diminimalisir dengan komunikasi budaya antar suporter, hal ini menjadi bermanfaat secara maksimal jika yang melakukan komunikasi ini benar-benar representasi dari kelompok-kelompok suporter. Dalam hal ini antara kelompok-kelompok suporter yang formal dengan kelompok-kelompok suporter yang kultural atau mereka yang sungguh-sungguh mampu menggerakan dan mengendalikan suporter.
Akhir kata, mengutip pernyataan Helmi Atmaja, salah satu pentolan suporter Jateng-DIY di Jakarta (Joglosemar), bahwa tiap kelompok supporter jika mempunyai rival adalah wajar, namun akan menjadi tak wajar ketika harus berkelompok dan berkoalisi untuk saling memusuhi siapa saja yang menjadi lawan koloni kita. Musuhmu bukan musuhku kawanmu bukan kawanku namun kita tetap bersaudara!! Stop BLOK SUPORTER di INDONESIA. (via Pasoepati.net)

Jumat, 22 April 2011

Terima Kasih Malaysia


Perjuangan Suporter Seluruh Indonesia untuk meruntuhkan rezim Nurdin Halid akhirnya terwujud di bulan April ini. FIFA akhirnya turun tangan dalam mengatasi polemik sepakbola Indonesia dengan membentuk Komite Normalisasi, mereka juga menyatakan Nurdin cs. tidak 'kredibel' lagi dalam mengurusi PSSI. Dengan demikian seluruh wewenang PSSI sekarang berada di tangan Komite Normalisasi yang dipimpin oleh Agum Gumelar. Dan yang paling menggembirakan publik sepakbola Indonesia adalah Nurdin Halid tidak akan bisa lagi mencalonkan diri menjadi ketua umum PSSI. Perjuangan Suporter seantero tanah air untuk meruntuhkan rezim Nurdin selama ini tidak sia-sia, bahkan yang terbaru Sekjen PSSI Nugraha Besoes memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya tersebut yang sudah dia emban sejak 1980an silam. Hal ini mungkin akan menjadi sejarah yang manis dalam persepakbolaaan Indonesia, dimana Suporter bersatu meruntuhkan dinasti Nurdin cs.

Patutnya kita juga musti berterima kasih kepada Timnas Malaysia, karena secara tidak langsung mereka turut andil dalam meruntuhkan rezim Nurdin cs. Kalau dirunut kebelakang kekecewaan bahkan kemarahan masyarakat bola Indonesia bersumber pada kekalahan menyakitkan dari Malaysia di Final AFF Cup 2010 lalu, disaat masyarakat punya ekspektasi tinggi terhadap timnas Garuda dengan pemberitaan yang membabi buta justru berakhir dengan anti-klimaks. Saat itu timnas Garuda yang bermain ciamik dan menyihir ratusan juta rakyat Indonesia harus takluk oleh harimau Malaya dengan agregat 4-2. Harapan ratusan juta rakyat Indonesia untuk melihat timnas kebanggaannya menjadi juara lagi-lagi harus dipendam. Dan saat itulah kebencian, kekecewaan, dan kemarahan rakyat Indonesia kepada rezim Nurdin cs. semakin menjadi jadi, drama-drama berbau politik yang berujung kegagalan yang kesekian kalinya bagi Timnas Garuda sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Coba kita bayangkan jika Timnas Garuda pada saat itu menang dan menjadi juara AFF, bukan tidak mungkin rezim Nurdin cs. yang korup itu mempunyai alasan yang kuat untuk tetap memimpin PSSI di periode 2011-2015 mendatang.(lha wong permainan apik timnas saat AFF aja diakui sebagai kesuksesan salah satu partai yang digawangi Nurdin, apalagi jika waktu itu timnas jadi juara?). Untung saja setelah AFF berakhir media nasional secara gencar memberitakan tentang sepakbola nasional terutama "kepicikan" rezim Nurdin cs. ini mulai dari kekalahan dari Malaysia, Statuta FIFA yang dipelintir, keberadaan Liga Primer Indonesia, Revolusi PSSI dan lain-lain. Nurdin yang keras kepala itu pun masih belum mau turun dari jabatannya walau sudah diserang dari berbagai sisi. Namun kali ini dia sudah tidak bisa berkutik lagi, FIFA yang dulu dia jadikan tameng sekarang malah menyerang balik dirinya dengan tidak mengakui dirinya lagi sebagai ketua PSSI.

Kini bola ada di tangan pemilik suara, karena di tangan mereka lah nasib masa depan persepakbolaan Indonesia berada. Pilihlah pengurus PSSI berdasar pada hati nurani agar peristiwa-peristiwa seperti ini takkan terulang kembali. Saya yakin jika sepakbola kita akan maju dan berprestasi jika diurus oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya. Dengan carut marutnya Persepakbolaan Indonesia seperti sekarang saja AFC masih memberi jatah 1 tiket langsung di babak "Group Stage" Liga Champions Asia, satu hal yang tidak dimiliki Thailand yang notabene peringkat FIFA nya lebih tinggi daripada Indonesia. Ditambah lagi dengan 1 tiket play off LCA dan1 tiket AFC Cup. Bayangkan, jika Liga kita tertata dengan rapi dan profesional bukan tidak mungkin juara Liga Champions Asia, AFC Cup, AFF CUP, ataupun ASIAN CUP bisa direngkuh, bahkan mimpi masuk piala dunia bisa jadi kenyataan. Semoga saja! Lembaran baru telah dibuka mari bersama-sama kita kawal Revolusi ini agar tak jatuh ke tangan yang salah, dan tidak lupa kita ucapkan "Terima kasih" kepada Malaysia yang telah merubah segalanya. MAJULAH SEPAKBOLA INDONESIA!

Sabtu, 08 Januari 2011

LPI vs ISL


Akhir Tahun 2010 menjadi euforia terendiri bagi penikmat Sepakbola Nasional, namun euforia tersebut harus menjadi anti-klimaks setelah Garuda diakalhkan Malaysia. Namun bukannya dicaci pemain timnas justru dipuju-puji bak pahlawan. Setelah euforia AFF berakhir munculah sebuah isu hangat yaitu kehadiran liga tandingan yaitu LPI (Liga Primer Indonesia). LPI sendiri digagas oleh pengusaha kaya Arifin Panigoro, tujuan LPI sendiri sebenarnya cukup baik yaitu menciptakan atmosfer sepak bola yang lebih baik, karena selama ini sepak bola masih tidak jauh dengan kericuhan akibat kurangnya kualitas penylenggaraan yang memadai. Bedanya lagi club-club yang akan mengikuti kompetisi LPI tidak akan menggunakan dana APBD untuk membiayai hidup mereka, karena akan mendapat royalti dari LPI, ini berbanding terbalik dengan ISL yang selalu mengandalkan uang dari APBD sehingga tidak sedikit club yang berada di daerah kurang mampu akan mati ditengah jalan karena tidak mendapat suntikan dana dari pemda atau sponsor. Disini terlihat arogansi dan kediktatoran PSSI. Seharusnya mereka lebih dewasa dan memberikan peluang begulirnya LPI, karena tanpa adanya liga tandingan kualitas sepak bola kita tidak akn bisa diukur dan maju. PSSI tetaplah PSSI berhati keras dan semena-mena, mereka seperti bersabda dan sabda merekaharus dituruti walau akan berdampak kehancuran pada sepak bola kita. Yang dalam otak PSSI adalah memperkaya diri. Tentu kita ingat pada gelaran piala AFF lalu dimana PSSI menjaul tiket yang teramat sangat mahal, dan Nurdin Halid bersikukuh untuk tidak menurunkan harga ticket tersebut. Kendati harga ticket mahal namun tidak diimbangi dengan pelayanan yang memuaskan. Kericuhan terjadi saat pembelian ticket, ini cermin dari keserakahan PSSI yang hanya mau uang tapi tidak mau keluar uang untuk sewa keamanan. Sekarang mana uang hasil penjualan ticket tersebut?semoga KPK meluangkan waktunya untuk memeriksanya.
Terlepas dari itu semua Pemerintah melalui menpora Andi Malarangeng menyatakan telah merestui akan hadirnya LPI, sehinggan apapun yang terjadi gelaran LPI akan tetap berlangsung sesai dengan rencana. Kita tunggu saja bagaiman wjud LPI semoga bisa membawa atmosfer sepak bola yang lebih baik.

Ya, semoga saja mereka dapat berjalan berdampingan demi kemajuan Sepakbola Nasional.