Kamis, 24 Maret 2016

Sulit untuk Membenci Samsul Arif



Ada sebuah momen unik yang tersaji saat Persib Bandung menjalani laga Bhayangkara Cup melawan Pusamania Borneo FC, Minggu 20 Maret 2016. Terdengar jelas di televisi ribuan Bobotoh Persib yang memenuhi stadion Si Jalak harupat meneriakkan nama Samsul Arif. Tak hanya sekali, namun berulang kali. 

Di pertandingan itu sendiri Samsul Arif memang bermain sangat baik. Selain mencetak satu-satunya gol di pertandingan tersebut sekaligus memberikan kemenangan kepada Persib Bandung, pemain kelahiran Bojonegoro ini juga sering merepotkan pertahanan Pusamania Borneo FC lewat tusukan cepat dari sisi lapangan.

Dengan cara yang singkat, Samsul Arif mampu membuat Bobotoh jatuh cinta kepadanya. Padahal, pemain ini sebelumnya bermain untuk Arema, yang bisa dikatakan sebagai rival Persib Bandung dalam beberapa musim terakhir. Cukup jarang seorang pemain baru Persib mendapatkan penghormatan seperti yang didapatkan Samsul Arif.

Sebagai orang asli Bojonegoro dan juga pecinta Persibo Bojonegoro, saya tahu betul sepak terjang Samsul Arif ketika mulai karirnya. Namanya mencuat ketika Persibo Bojonegoro masih berada di divisi satu Liga Indonesia. Pemain yang pernah mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah in sendiri adalah pemain binaan asli Persibo Bojonegoro.

Sebelum mendapatkan tempat utama di Persibo Bojonegoro, pemain kelahiran tahun 1985 ini harus berjuang untuk mendapatkan jatah menit bermain. Saat itu lini depan Persibo masih menjadi milik Varney Pas Boakay dan Ali Usman. Samsul statusnya masih menjadi pemain cadangan.

Kegemilangan Samsul Arif mulai terlihat di ajang Copa Indonesia 2007. Di usia yang cukup muda dia sukses menjadi top skor di ajang tersebut. Sejak saat itulah namanya mulai terdengar di kancah sepakbola nasional. Dan otomatis, Samsul Arif langsung menjadi pujaan hati pendukung Persibo.

Samsul Arif kemudian menjadi ikon Persibo Bojonegoro. Layaknya Allesandro Del Piero di Juventus atau Francesco Totti di AS Roma, Samsul menjadi ikon dan maskot Persibo Bojonegoro di kancah persepakbolaan nasional.

Di saat rasa cinta pendukung Persibo Bojonegoro kepada Samsul Arif makin membesar, Samsul justru membuat ribuan pendukung Persibo patah hati di tahun 2009, ketika memutuskan untuk hijrah ke klub tetangga Persibo, yaitu Persela Lamongan. Saat itu, Persela sudah berlaga di ajang ISL atau kasta tertinggi sepakbola Indonesia. Sedangkan Persibo masih berada di divisi utama, satu level di bawah ISL.

Hubungan yang tak harmonis antara pendukung Persibo dan Persela membuat Samsul Arif dicap pengkhianat oleh pendukung Persibo. Sorakan dan chant anti Samsul Arif pun kerap terdengar di stadion Letjen H. Soedirman ketika Persibo berlaga.

Tapi, kekecewaan pendukung Persibo terhadap kepergian Samsul Arif terbayar lunas saat Persibo Bojonegoro berhasil menjuarai divisi utama tahun 2010 dengan cara yang sangat heroik. Persibo pun naik kelas ke ISL.

Kecintaan Samsul kepada tim yang membesarkannya tentu sudah menjadi rahasia umum. Di musim 2010/2011, tepat saat Persibo Bojonegoro akan berlaga di ISL, Samsul Arif akhirnya kembali ke pelukan Persibo Bojonegoro. Pendukung Persibo, Boromania, menyambut dengan hangat kembalinya Samsul ke Bojonegoro.

Romantisme Samsul Arif dan Persibo Bojonegoro berlanjut ketika sepakbola Indonesia berada di titik nadir. Samsul Arif tetap berada di bumi Angling Dharma ketika Persibo menyebrang ke LPI dan berlaga di IPL musim selanjutnya. 

Di tahun 2012, Samsul Arif berhasil mengantarkan Persibo Bojonegoro menjuarai Piala Indonesia. Di final, Persibo mengalahkan Semen Padang. Trofi tersebut menjadi persembahan manis Samsul Airf kepada Persibo dan juga warga Bojonegoro.

Namun, Samsul Arif lagi-lagi mematahkan hati para pendukung Persibo Bojonegoro. Karena tidak adanya kejelasan manajemen, ditambah gaji yang bermasalah, Samsul Arif kembali lagi, pindah ke klub rival Persibo Bojonegoro, Persela Lamongan.

Sebenarnya pendukung Persibo tak mempermasalahkan jika Samsul Arif pergi untuk mencari klub baru karena tak adanya kejelasan di Persibo. Namun dari sekian klub yang ada, kenapa mesti Persela Lamongan?

Di Lamongan sendiri Samsul Arif juga menjadi primadona dan pujaan. Para pendukung Persela kerap mengelu-elukan namanya di tiap pertandingan. Hal yang cukup membuat patah hati pendukung Persibo Bojonegoro.

Perjalanan karir Samsul Arif berlanjut ke Malang, setelah Arema Cronus meminangnya di tahun 2013. Seperti biasa, tak butuh waktu lama bagi Samsul Arif untuk menjadi pujaan hati Aremania. Permainan impresif dan tak kenal lelah membuat Samsul Arif menjadi idola baru di Kanjuruhan Malang.

Di Arema, Samsul menorehkan prestasi gemilang sebagai top skor lokal di Indonesia Super League tahun 2014. Pencapaian yang prestisius dari perjalanan karir professionalnya sebagai seorang pesepakbola. Berkat penampilannya tersebut dirinya juga berhasil dipanggil untuk memperkuat timnas Indonesia di ajang AFF Cup 2014, dimana dia sukses menyelamatkan Indonesia dari kekalahan saat bersua tuan rumah Vietnam.

Tiga tahun bersama Arema, Samsul Arif akhirnya memutuskan untuk hengkang dan memilih bergabung dengan Persib Bandung. Sebagian Aremania kecewa dengan pilihan Samsul Arif tersebut. Tak sedikit yang mencibir dan menjuluki Samsul sebagai seorang pengkhianat. Itu membuktikan bagaimana rasa cintanya Aremania kepada Samsul Arif.

Sempat terpikir jika Samsul Arif tak akan diterima dengan baik di Bandung karena sebelumnya bermain untuk klub rival. Namun ternyata Bobotoh Persib menyambut dengan baik kedatangan Samsul Arif ke bumi Parahayangan. Dalam waktu yang singkat Samsul Arif mampu memikat hati Bobotoh Persib yang dikenal sangat militan. 

Permainan yang tak kenal menyerah dan penuh determinasi menjadikan Bobotoh Persib tak perlu menunggu waktu yang lama untuk meneriakkan nama Samsul Arif di tribun stadion. Hal yang sebelumnya juga dilakukan oleh Boromania, LA Mania dan Aremania.

Saya jadi berpikir, ternyata sangat sulit untuk membenci Samsul Arif. Pendukung Persibo Bojonegoro (termasuk saya) pernah dua kali dibuat patah hati yang menyebrang ke klub rival. Tapi hal tersebut tak melunturkan kecintaan pendukung Persibo Bojonegoro kepada Samsul Arif.
Romantisme Samsul Arif dan Persibo Bojonegoro memang tak bisa dipisahkan dan dielakkan. Samsul Arif akan selalu identik dengan Persibo Bojonegoro, pun sebaliknya. Meski telah membela Persela Lamongan, Arema Malang, Persib Bandung atau klub-klub lainnya, nama Samsul Arif akan tetap dan selalu diasosiasikan dengan Persibo Bojonegoro.

Kamis, 10 Maret 2016

Anthology of Rio Haryanto and Old School Formula One


The hype of Formula One in Indonesia is back. Thanks to Ryo Haryanto (and Government money). The 23 years old would be the first Indonesian driver who compete in Formula One (step aside Ananda Mikola!). As you know, he pay a lot of money to get there (join with Manor Racing Team)  which made a lot of controversy. But, no, we not gonna talk about Mr. Rio, the controversy and the haters. We will talk about Formula One show in Indonesia.

It’s been a long time since I follow this competition. Maybe about 7 or 9 years ago. Believe or not, F1 is my favourite sports show in television when I was at Junior High School (beside Football). I think it’s very rare when kid like me (in that time) love Formula One, when the other kid fall in love with football (especially Serie A Italia). So let’s dig some memory.

Formula One in Indonesia (in early 2000) is broadcasted by RCTI. And then move to other tv station, TPI (now MNC TV). They broadcasting all of the race around the world, even the qualifaying rounds.

I knew the majority of F1 drivers name that time, like Mika Hakkinen, Ralf Scumacher, Juan Pablo Montoya, Kimi Raikonnen, David Coulthard, Jacques Villenueve, Jarno Truli, Takuma Sato, Ruben Barrichelo, and of course Michael Schumacer.

That time (end of 90s till early 2000), Michael Schumacer with Ferrari is a beast. No one can beat him. Five championship in a row. How about that?

Safe to say that Scumacher is Lionel Messi in his own right. The only diffirence between the two is Schumi don’t have equal rival like Messi (who had CR7). This guy is unbeatable. Name it, from Mika Hakkinen, Ruben Barrichelo, David Coulthard, Kimi Raikonnen, they can’t beat Schumi (in his peak era).

But, Schumi is not my favourite driver, Eddie Irvine is. Why Irvine? I don’t know. The only reason I like Eddie Irvine because he play for Jaguar Racing Team. Jaguar is mediocre constructor team that time. They far away from other notable constructor like Ferrari, Mercedes, BMW Williams or Renault. But still, I love Jaguar. When Irivine is gone I’m still big fans of Jaguar. They replace Irvine with Mark Webber. So, automatically I’m Webber supporters.

And then Jaguar Racing Team is gone, yes gone. Ford (owner) sell jaguar F1 license to Red Bull company. So, in 2004 Jaguar Racing is transform to Red Bull Racing. Since then, my passion to watch Formula One is slow but sure is gone. I still watch tough, but not often.

Now, this year, one of the Indonesian “hero” will compete at Formula One. My thougt about Rio Haryanto? He already make name for himself in Formula One. He will be legends with Takuma Sato and Alex Yoong. Is he gonna make me watch and follow F1 again? maybe yes, maybe no. Yes because it’s Rio Haryanto, and no because modern Formula One is Sucks!

Good luck Rio, (not) all the Indonesian behind you..!!!

PS: Sorry for bad grammar

Rabu, 30 Desember 2015

Kapitalisasi Kata dan Kalimat



Tahun 2015 ini menjadi tahun yang produktif bagi saya dalam hal tulis menulis. Mulai dari menulis untuk project blog Guneman bersama teman-teman, menyelesaikan penulisan skripsi hingga mengais rejeki dengan menjadi content writer pemula. Intinya, tahun 2015 ini menjadi tahun yang sangat produktif dalam hal tulis menulis.

Namun ada sebuah hal yang cukup mengherankan. Dari sekian banyak tulisan yang saya buat di tahun 2015, hanya ada satu tulisan yang muncul di blog ini. Tulisan tersebut berjudul Melawan Khayalan dan Kenyataan yang diposting pada bulan Maret. Padahal dulu sudah berjanji pada diri sendiri bahwa dalam satu bulan paling tidak harus membuat satu tulisan.

Namun, janji tinggalah janji, karena hanya Merpati yang tak pernah ingkar janji. 

Lalu kenapa memilih hari terakhir di tahun 2015 untuk menulis tulisan ini? Tak ada motif apa-apa. Alasan utamanya adalah menambah jumlah tulisan pada blog pribadi di tahun 2015. Dan satu lagi, menjaga agar blog ini tetap hidup dan jauh dari keusangan.

Gampang-gampang susah untuk menjaga blog ini agar tetap hidup. Selain konsentrasi terpecah karena harus tetap produktif di Guneman, penyakit malas juga selalu menghantui. Padahal waktu luang sebenarnya juga sangat berlimpah ruah. Entahlah.

Daya tarik materi juga menjadi penyebab minimnya tulisan yang ada di blog ini. Sejak berhasil “memasarkan” tulisan-tulisan sendiri, rasa malas untuk menulis di blog pribadi semakin parah. Alhasil, blog pribadi menjadi mangkrak dan tak terbaharui.

Tahun 2015 sendiri adalah tahun yang penuh warna warni dan berasa manis asam. Selain bisa “menjual” tulisan saya sendiri, tahun ini pula saya sukses menyelesaikan skripsi, mengalami status tak jelas karena kampus di-nonkatifkan pemerintah, rektor dilengserkan, kampus kembali aktif dan akhirnya wisuda di penghujung tahun. Well done!

Warna warni tahun 2015 memang takkan bisa dilupakan. Terasa sangat cepat dan tiba-tiba sudah sampai di penghunung tahun saja. Saya akan sangat merindukan kejadian-kejadian di tahun 2015 ini. Semoga di tahun 2016 bisa lebih baik dan lebih baik lagi, khususnya dalam hal penulisan blog pribadi.

Meski blog ini sendiri terbilang minim pengunjung, saya tak mau begitu saja membiarkan blog ini mati suri terus-terusan. Jika cara memakmurkan masjid adalah dengan mengunjunginya, maka cara memakmurkan blog adalah dengan terus memperbaharui isinya.

Sampai bertemu di tahun yang lebih produktif. Well.. Seriously..