Kamis, 05 April 2012

Halusinasi Di Kandang Burung

Nara berjalan gontai menuju rumah nya dengan menenteng tas yang di dalamnya berisi buku-buku yang baru dipinjamnya dari perpustakaan kampus. Raut wajahnya kusut tak karuan. Pandangan nya kosong, hatinya tak tenang, pikiran nya terbang melayang-layang. Mungkin di 2012 itu dinamakan "Galau". Ya, Nara mengalami suatu perasaan yang berkecamuk tak karuan di dalam jiwa nya. Entah apa itu. Nara berjalan melewati trotoar yang sore itu seketika berubah menjadi pasar malam dadakan dengan berjubelnya pedagang kaki lima dan para pembeli yang ramai hilir mudik. Bagi Nara -yang sedang Galau- keramaian trotoar itu tak terasa sama sekali. Sepi, Sunyi, Senyap. Itulah apa yang ada di dalam benak nya kini. Selangkah demi selangkah dilalui dengan langkah lunglai. Dan sampailah dia di halte bus usang dan langsung dihempaskan badan nya ke bangku halte bus itu. Pandangan nya kosong, pikirinannya kosong, jiwanya tak karuan, sungguh naas pemuda ini.

Dalam pikiran kosong nya itu tiba-tiba dia melihat sosok bule yang tak asing yang berada tak jauh dari halte yang sekarang dia duduki. Hei, itu Steven Tyler dan anggota Aerosmith lain nya. Bagi Nara yang pecinta lagu-lagu rock balads tentu tak asing lagi dengan wajah-wajah personel Aerosmith yang dilihatnya. Tunggu, apa yang dilakukan Aerosmith di halte bus ini? belum sempat Nara ingin menanyakan hal tersebut, Steven Tyler langsung menyanyikan lagu hits Aerosmith yang berjudul "I Don't Wanna Miss a Thing". Nara diam tanpa kata, lagu yang dijadikan soundtrack film Armageddon itu begitu menyayat-nyayat dirinya. Aerosmith seperti menyanyikan lagu itu khusus untuk Nara tepat di depan muka nya. Tak tahan dengan untaian nada yang menyayat hatinya itu, dia kemudian beranjak dari tempat duduk halte dan langsung berlari sembari menutup kedua telinga nya meninggalkan Aerosmith yang masih saja bernyanyi "I Don't Wanna Miss a Thing" itu.

Nara berlari tak tentu arah, dia hanya ingin menjauh dari nyanyian Aerosmith yang menyayat hatinya itu. Nafas nya tak beraturan, dia sangat lelah dan akhirnya berhenti berlari kemudian berbaring di sebuah taman yang sepi tak jauh dari tempatnya berhenti tadi. Nara mencoba mengatur nafas nya yang tak beraturan itu. Rasa perih setelah mendengar lagu Aerosmith itu masih membekas. Dia masih tak habis pikir apa yang dilakuakn Steven Tyler dan Aerosmith nya di halte usang itu. Tiba-tiba dia mendengar alunan lagu lain, lagu yang tak asing dan lagi-lagi menyayat hati nya ketika mendenagr lirik demi lirik yang didendangkan. Dicarilah asal muasal suara itu, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Bad English -band ballads lain- berada di depan muka nya sambil menyanyikan lagu "When I See You Smile". Lagu yang dengan lirik-lirik romantis. Nara tak sanggup lagi mendengar lagu yang lagi lagi menyayat hati dari Bad English itu dan langsung pergi menjauh dari taman tersebut. Pergi dan pergi.

Nara terus saja berlari, dia hanya ingin pergi menjauh sejauh-jauhnya dari lagu yang didengarnya yang lagi-lagi menyayat hatinya itu. Tak terasa sampailah dia di depan gang rumah nya, begitu lega nya dia. Nara berjalan gontai melewati gang kecil menuju rumah nya. Tanpa sadar dia menabrak seseorang ketika berjalan, Nara tersungkur jatuh. Dipandangi nya dengan seksama orang yang ditabraknya itu. Astagaaa.. Nara tak bisa menyembunyikan kekagetan nya ketika melihat orang yang ditabraknya adalah John Lennon, musisi legendaris dari the Beatles. Tak cuma John Lennon, disitu dia juga melihat Paul McCartney, George Harrison dan Ringgo Star, The Beatles! Kemudian alunan musik terdengar, lagu "Let It Be" yang mahsyur dari the Beatles berkumandang lagi-lagi tepat di hadapan Nara. Respon dari Nara kini berbeda. Dia tak lagi menghindar dari nyanyian itu, dia mencoba menikmati lagu "Let It Be" dari The Beatles itu. Nara duduk diam dengan kepala tertunduk, memaksakan diri menikmati bait demi bait, lirik demi lirik lagu yang sama saja membuat hatinya terluka. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Ketika lagu itu selesai sontak John Lennon dan personel The Beatles yang lain menghilang. Benar-benar menghilang tak meninggalkan apa-apa. Nara yang sudah mengetahui hal itu akan terjadi tetap duduk diam dengan kepala tertunduk, beberapa saat kemudian dia tersenyum lebar bersamaan dengan keluarnya air mata yang membasahi pipinya. Perasaan campur aduk itu kini benar-benar mengaduk jiwa nya.

Dia berdiri, masih dengan senyuman dan air mata yang membasahi pipi. Dia berjalan gontai menuju rumah usang nya yang tinggal beberapa meter lagi. Di perjalanan menuju rumah nya, dia mengambil "music player" dari dalam saku nya, dipasangnya "earphone" di telinga nya, dipilih nya lagu dari David Gleen Eisley yang berjudul "Sweet Victory" dan dimainkan nya. Kepalanya mendongak keatas dengan air mata yang tetap membasahi pipi nya. Entah ada apa dibalik lagu "Sweet Victory" ini. Nara, entah apa yang sekarang diraskan nya.


----------------------------------------------------------------------------------------------


EPILOG : "Bagi sebagian orang kemenangan adalah titik puncak pencapaian yang dirayakan dengan penuh suka cita, Bagi sebagian lagi kemenangan adalah lepas dari suatu hal menyakitkan yang sangat sulit tuk dilupakan"