Jumat, 24 Februari 2012

Meracau Dan Berkicau

Tak Ada Yang Tak Mungkin
Begitulah kata-kata Mila Ortafuncha kepada Ansha Barka. Sudah sebulan ini mereka intens berbalas surat melalui merpati pos. Satu bulan yang lebih dari cukup untuk mengenal satu sama lain meskipun kedua nya berada dalam jarak yang sangat amat jauh serta belum pernah sekalipun bertatap muka. Goresan tinta kiranya sudah cukup untuk mengenal satu sama lain. Makanan kesukaan sampai baju apa saja yang biasa dipakai Mila Orthafuncha semuanya sudah ada di ingatan Ansha Barka, begitupun sebaliknya. Tak lupa kedua nya menyisipkan foto-foto satu sama lain di dalam surat yang dikirimnya. Surat demi surat silih berganti terkirim, bulan demi bulan berlalu dengan cepat, Mila Orthafuncha menunggu, menunggu sesuatu dari Ansha Barka, pernyataan cinta dan sayang. Pernyataan yang ditunggu itu pun akhirnya tersampaikan melalui surat, surat yang ditulis dengan penuh rasa cinta dan suka cita. Senyum mengembang di bibir Mila Orthafuncha, segera dibalasnya surat itu dengan ungkapan suka cita pula, Ansha Barka bagai melayang - layang ketika membaca balasan surat itu. Begitulah, kemudian hari-hari mereka menjadi penuh warna dan suka cita.
 

Hari demi hari berganti, yang ada hanya ada tawa dan suka cita. Semua indah penuh warna meskipun hanya lewat goresan tinta tanpa bertatap muka. Ansha Barka begitu menikmati hari-hari bersama Mila Orthafuncha. Begitu menggebu-gebu nya dia menunggu surat balasan tiba, sungguh bahagia. Pandangan masa depan tak luput dari bahasan keduanya, apa yang akan dilakukan jika bertemu sampai menamai anak-anak mereka kelak. Sungguh menggelikan memang, tapi begitulah adanya. Percikan-percikan kecil masalah atau kesalahpahaman yang datang dapat mereka atasi, semuanya berakhir dengan senyum cinta. Benar-benar di mabuk asmara.
 

Sampai suatu ketika badai itu datang. Badai yang tak terpikirkan kedatangan nya oleh Ansha Barka. Sudah 8 hari Mila Orthafuncha tidak membalas surat nya. Tidak seperti biasanya Mila telat membalas surat. Ansha Barka terus saja mengirim surat dengan perasaan khawatir, dia takut kehilangan Mila Orthafuncha. Dan balasan surat yang ditunggu itupun datang juga. Begitu sumringah nya Ansha Barka ketika membuka surat itu, dibaca nya dengan khidmat. Wajahnya yang tadi sumringah langsung berubah menjadi murung tak percaya. Begitu terpukul dia setelah membaca balasan surat itu. Surat yang berisi tentang permintaan dari Mila Orthafuncha untuk tidak menyurati dia lagi. Surat yang menyatakan kalau sebenarnya Mila Orthafuncha itu tidak ada dan tidak pernah ada melainkan hanya fiktif belaka. Surat yang menyampaikan bahwa Mila (atau siapapun dia) sudah memiliki kekasih. Surat yang menyatakan perasaan yang selama ini ada hanyalah kepura-puraan. Surat yang menyayat-nyayat hati Ansha Barka. Begitu terpukul dirinya. Tak percaya akan apa yang baru saja dibacanya. Dihempaskan nya tubuh yang tiba-tiba lunglai itu ke kursi empuk yang tiap hari menemani hari-harinya. Pikirannya kalut bak benang kusut. Tak tahu apa yang musti diperbuatnya. Dia merenung, lama sekali, hingga akhirnya memantapkan hati untuk membalas surat itu. Untuk Terakhir kalinya.
Dengan berat hati Ansha Barka menulis surat, surat terakhir yang benar-benar terakhir untuk Mila Orthafuncha (atau siapalah itu), seseorang yang benar-benar dicintainya. Dan ditulisnya lah suarat terakhir itu.


Rasa ini takkan langsung hilang atau lenyap begitu saja.
Meskipun cuma sebentar kau telah memberikan bekas yang amat mendalam di diriku ini.
Jikalau dirimu terganggu dengan keberadaan ku, aku dengan senang hati akan pergi atau bahkan menghilang selamanya.
Meskipun kau bilang semua yang kamu lakukan selama ini terhadapku palsu, tapi aku tak peduli.
Rasa ini tidak bisa dibohongi.
Aneh? anggap saja begitu, kau juga boleh menertawakan ku sepuasnya disana.

Aku tidak tahu bagaimana melupakan mu dengan cepat, pasti akan sulit.
Aku tidak mengharap belas kasihmu, tidak mengharap apapun dari mu.
Cuma satu pinta ku kepadamu..
Semoga Aku Adalah Orang Terakhir Yang Kamu Perlakukan Seperti Ini.
Semoga dirimu bahagia disana bersama keluarga, sahabat dan kekasih tercinta.


Dan Begitulah, hubungan yang absurd antara Ansha Barkha dan Mila Orthafuncha (atau siapalah itu). Hubungan yang aneh tapi benar-benar nyata dan ada. Ansha Barka kini hanya bisa merenung, masih belum bisa menerima ini semua. Dia yakin dan sangat amat yakin jika apa yang dituliskan oleh Mila Orthafuncha (atau siapalah itu) di surat terkahirnya adalah kebohongan belaka. Membohongi Kebohongan? Kebohongan yang Dibohongi? entahlah. Yang pasti Mila Orthafuncha (atau siapalah itu) akan tetap dikenang oleh Ansha Barka, selamanya. Mila Orthafuncha (atau siapalah itu) mungkin menertawakan ke-dungu-an Ansha Barka yang (mungkin) terperangkap kebohongan asmara yang telah jelas diakuinya. Tapi, Ansha Barka tidak peduli kalu dia tak pernah salah mencintai seorang Mila Orthafuncha. Wanita yang dikenalnya cuma dari surat menyurat, Wanita yang belum pernah dan mungkin takkan pernah ditemui nya sepanjang hidupnya. Ansha Barka tetap akan mencitai Mila Orthafuncha meskipun sudah dibohongi oleh kebohongan-kebohongan di luar akal sehat. Dan tetap yakin akan kata-kata yang sering diucapkan Mila kepadanya..
Tak Ada Yang Tak Mungkin


Selasa, 21 Februari 2012

Art Work

Bukan seorang yang ahli dalam desain atau edit sesuatu, mungkin bisa dibilang jauh dari kata bagus. Tapi yaa.. sudahlah, lihat saja dulu Art Work kecil-kecilan saya ini. Beberapa pemain yang saya sukai (bukan di idolai) dan beberapa kejadian yang pasti sudah tak asing lagi bagi para pecinta sepakbola. Enjoy! (if you can).




STEVEN GERRARD



GENNARO GATTUSO



ALESANDRO NESTA




PARK JI SUNG




LUIS SUAREZ



My Favourite Football Moments



MESSI vs REAL MADRID




TEAM MATE BATTLE (PETR CECH vs BRANISLAV IVANOVIC)





TEAM MATE BATTLE (LEE BOWYER vs KEIRON DYER)





NIGEL DE JONG KUNGFU KICK TO XABI ALONSO WORLD CUP 2010 FINAL





WHY ALWAYS BALLOTELI? I DONT KNOW.. LOL





MESSI vs CR7





ZINEDINE ZIDANE FAREWELL PARTY AT WORLD CUP 2006 FINAL