Rabu, 16 Juli 2014

Take A Nap



“Namamu seperti nama laki-laki,”
“Haaa.. nama panggilanmu juga seperti nama perempuan,” jawabnya.
“Berarti bisa dibilang nama kita ini anomali ya?”
“Kita? kau aja sendiri sana, hehehe..”

Detik demi detik berlalu menemani mata dan telunjukku yang lelah. Meskipun begitu, rasanya tak ingin segera beranjak dari tempat dudukku sekarang. Pengalaman baru ini yang belum pernah kualami sebelumnya, membuatku betah berlama-lama disini dan tak ingin pergi kemana-mana.

“Kita lahir di bulan yang sama ternyata, cuma berbeda 4 hari”
“Kebetulan yang tak terduga bukan? Hehehe..” jawabku bangga.
“Jangan-jangan kita berjodoh..” godanya
“Bagaimana jika kita langsung ke KUA saja?” balasku.
“Hahaha.. siapa takut?!” jawabnya

Begitulah. Hari demi hari setelahnya, dilewati dengan obrolan random ngalor ngidul. Pertemuan tak sengaja di tempat baru yang tak pernah terpikirkan ini, membuat kami jadi dekat. Tidak dekat-dekat amat. Lumayan dekat lebih tepatnya.

“Aku masuk IPA..!!!” teriaknya kegirangan.
“Wah, selamat yaaa..” jawabku
“Usaha kerasku tak sia-sia, horeeee..” tambahnya.
“Usaha keras itu takkan mengkhianati, selanjutnya jangan malas-malasan ya,” jawabku sok menasehati.
“Siap bos!”

Berbagai peristiwa yang kami alami, saling kami bagi satu sama lain. Kadang juga terjadi pertengkaran kecil tak jelas yang membuat kami saling jengkel satu sama lain. Makin hari, kami mulai jarang berkomunikasi. Meskipun intensitas komunikasi jadi makin berkurang, namun hubungan aneh kami ini tetap terjaga.

“Kenapa kau jadi seperti ini? seperti bukan kau saja,” tanyanya.
“Entahlah, tak setiap hari aku mengalami hal seperti ini,” jawabku.
“Begitu spesialnya ya dia, sampai bisa bikin kau jadi begini,”
“Ya seperti itulah, semoga hal seperti ini cepat berlalu,” jawabku lagi.
“Tenanglah, nikmati hal-hal seperti ini selagi bisa, kau sendiri yang bilang kalau tak setiap hari kau mengalami hal seperti ini.. jadi, jangan terlalu bersedih, dan nikmatilah,” hiburnya padaku.

Saling berbagi dan menasehati. Kebiasaan kami jika salah seorang sedang mengalami masalah. Meskipun lebih muda, dia tak canggung untuk memberi masukan dan nasehat kepadaku.

Intensitas komunikasi kami makin hari makin berkurang. Dari tiap jam sekali, ke sehari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali, ke setahun sekali hingga akhirnya menghilang. Kupikir itu hal yang wajar, karena kesibukan kami masing-masing. Ditambah dengan umur yang makin bertambah, menjadikan kesenangan dan kegilaan yang dulu pernah kami rasakan bersama, menjadi sangat berbeda. Tak akan sama jika kami coba ulangi dengan situasi sekarang ini.

“Where have you been?” tanyaku setelah sekian lama.
“Nowhere.. just carry on my life, study and stuff,” jawabnya.
“Well.. i miss good old days when we share everything together,” ungkapku.
“Me too.. but, can we start everything just like before?” tanyanya padaku.
“I don’t know.. everything is changes now.. we can’t repeat everything,”
“Exactly, it’s never be the same,” jawabnya.

Benar. Mencoba mengulang segala sesuatu dari awal untuk mendapatkan kesenangan dan kegembiraan yang pernah dialami itu memang sulit adanya. Jikalau bisa, kesenangan yang hadir tak akan pernah sama.

“Bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanyanya.
“Tentu, apa?” jawabku.
“Apakah kau sayang padaku?” tanyanya serius.
“Itukah pertanyaannya?” tanyaku
“Iya, jawablah.. apakah kau sayang padaku?” tanyanya lagi.
“Iya. Sayang,” jawabku.
“Kenapa kau bisa sayang padaku?” tanyanya dengan pertanyaan baru.
“Entahlah.. perasaan ini tak jelas, kadang datang, kadang pergi, seperti kau. Juga, aku merasa kalau kau ini seperti kurang nyata. Dari semua yang telah kita lalui, rasa sayang bahkan cinta itu pasti ada, dan aku yakin kau pun tahu itu. Kita mengenal satu sama lain secara tak sengaja, namun kita bisa menjaga hubungan ini selama bertahun-tahun dan menurutku itu luar biasa. Bohong jika aku bilang kalau tak sayang, meskipun kita tak pernah bertatap muka,” jawabku panjang lebar.
“Bagaimana denganmu, apakah kau sayang padaku?” tanyaku padanya.
“Entahlah, seperti yang kau bilang tadi.. kurang nyata. Kita memang sudah bertahun-tahun saling mengenal, tapi tak pernah bertatap muka. Itu yang membuat aku juga merasa kalau kau itu juga tidak nyata,” jawabnya.

Hubungan yang tidak nyata. Mungkin tajuk seperti itulah yang bisa menjelaskan bagaimana hubungan kami ini. Namun perasaan dan kesenangan yang dirasakan itu benar-benar nyata. Membingungkan dan menyenangkan disaat bersamaan. Aku sendiri begitu menikmati tiap detik hubungan yang tidak nyata ini. Kini dia telah menghilang namun tidak benar-benar hilang. Dan entah, apakah hubungan ini bisa muncul kembali dengan berbagai asam garamnya atau hanya akan menjadi sebuah deretan kenangan yang takkan terulang. Kuputuskan untuk tetap menunggu.

She was close, close enough to be a ghost.