Jumat, 10 Mei 2013

Lazio Unsung Hero

Siapakah pahlawan Lazio yang sesungguhnya? Jika pertanyaan ini diberikan kepada fans Lazio di pertengahan tahun 90an pasti jawabannya adalah Beppe Signori. Fans di era akhir 90an dan awal millenium baru akan menjawab Allesandro Nesta, Pavel Nedved, Sinisa Mihaljovic, Hernan Crespo atau Juan Sebastian Veron sebagai pahlawan mereka. Bagaimana dengan era sekarang? tepatnya 2013. Apakah Miroslav Klose? atau Anderson Hernanes? Setiap orang pasti punya pahlawannya masing-masing. Dari semua nama yang disebutkan diatas memang layak dianggap sebagai pahlawan bagi Lazio. Di eranya masing-masing tentu saja. Nama-nama yang sangat tidak asing buat pecinta sepakbola eropa dan pecinta Lazio khususnya. Namun, ada beberapa pemain yang layak dianggap sebagai pahlawan namun jarang muncul ke permukaan atau jarang di-expose oleh media. Siapakah mereka?

Di awal tahun 2000an era presiden Sergio Cragnoti, Lazio mengalami krisis finansial yang menyebabkan klub ini bangkrut. Salah satu penyebabnya adalah pembelian pemain gila-gilaan yang beberapa memecahkan rekor transfer dunia saat itu. Dari Cristian Vieri hingga Gaizka Mendieta. Alhasil, lambat laun pemain-pemain top mereka hijrah ke klub lain. Sampai pangeran, ikon sekaligus kapten mereka yang dicintai fans, yaitu Allesandro Nesta dengan berat hati harus meninggalkan klub yang dicintainya untuk membantu keuangan klub dengan hijrah ke AC Milan. Lazio sendiri kemudian diakusisi oleh Claudio Lotito yang sampai sekarang menjabat sebagai presiden klub. Dengan dana yang terbatas di era yang baru, Lazio tidak bisa dengan mudah membeli pemain top dunia seperti era Cragnoti dulu. Satu persatu bintang yang dimiliki Lazio hijrah ke klub lain. Namun, Lazio tetap berhasil menjaga superioritas mereka di kawasan Italia dengan skuad yang tidak terlalu mentereng, dengan 2 kali menjadi juara Coppa Italia atau berada di posisi papan atas klasemen untuk jaminan berlaga kompetisi eropa.





Ada beberapa pemain yang datang di era krisis dan prestasi Lazio yang kian menurun. Stefano Mauri yang datang dari Udinese dan Cristian Ledesma yang dibeli dari Lecce setahun kemudian. Nama keduanya mungkin tidak setenar Paolo Di Canio, Angelo Peruzzi atau Goran Pandev waktu itu. Saat kedatangan beberapa bintang baru seperti Mauro Zarate, Anderson Hernanes hingga sekarang Miroslav Klose, nama Mauri & Ledesma pun mungkin masih asing di telinga pecinta sepakbola eropa. Namun, kontribusi keduanya sangat besar bagi Lazio di masa keterpurukan hingga sekarang. Bersama Tommaso Rocchi (yang pindah ke Inter di jendela transfer musim dingin 2013), mereka menjadi tokoh sentral yang membawa Lazio tetap menjadi tim yang disegani dan kompetitif di Italia. Tidak terlalu diperbicangkan tapi di lapangan keduanya menjadi sosok penting di posisinya masing-masing. Sekarang mereka dipercaya memimpin rekan-rekannya dengan menjadi kapten. Setelah kepergian Rocchi, Mauri diangkat menjadi kapten tim dan Ledesma menjadi wakilnya.

Stefano Mauri. Gelandang yang mempunyai tinggi 186 cm ini termasuk utilty player yang bisa bermain di beberapa posisi. Di tahun-tahun awal membela Lazio, Mauri ditempatkan di sayap kiri. Dia bukan tipe inverted winger yang mengandalkan kecepatan layaknya Aaron Lennon atau Theo Walcott, namun tipikal classic winger dengan drible yang mumpuni. Mempunyai kemampuan menjaga bola dengan baik dan seorang pengumpan ulung. Seiring berjalannya waktu Mauri juga sering digeser ke kanan untuk menempati posisi sayap kanan. Posisi yang membuat dia bisa merangsek lebih kedalam ke pertahanan lawan karena Mauri adalah seorang kidal. Di tahun-tahun selanjutnya Mauri mendapatkan kepercayaan menjadi seorang Trequartista. Posisi sentral khas Italia yang berada tepat di belakang penyerang. Di posisi ini Mauri jadi lebih leluasa untuk menciptakan peluang, assist dan gol. Gol dari Mauri banyak tercipta ketika dia menjadi seorang Trequartista. Seiring kedatangan Anderson Hernanes dari Sao Paolo di 2010, Mauri kembali lagi ke posisi aslinya di sayap kiri. Bersama Hernanes yang sangat dominan saat itu, Mauri membawa Lazio berada di peringkat 5 klasemen akhir Serie A musim 2010/2011 (satu strip di bawah Udinese, yang berhak bermain di Liga Champions). Di tahun 2012 Mauri dipanggil ke timnas Italia (sejak terakhir kali memperkuat Gli Azzuri pada tahun 2004 saat masih membela Udinese) untuk melakoni beberapa pertandingan uji coba dan kualifikasi Piala Eropa 2012. Namun, Mauri tidak ada di daftar skuad Italia untuk Piala Eropa 2012, kalah bersaing dengan Allesandro Diamanti atau Ricardo Montolivo. Di tahun tersebut Mauri membawa Lazio ke peringkat yang lebih baik dari tahun sebeleumnya di klasemen akhir serie A, yaitu peringkat 4. Namun sayang, lagi-lagi Lazio gagal ke Liga Champions karena tiket terakhir jatuh ke tangan Udinese yang berada di peringkat ke 3 (di musim 2012/2013 jatah Italia di Liga Champions dikurangi menjadi 3 klub saja).
Mauri, seorang gelandang elegan dengan skill menawan. Pemain yang konsisten sejak kedatangannya pertama kali ke Lazio yang sedang terpuruk ditinggal pemain-pemain bintangnya. Mungkin dia tak semenonjol Hernanes atau Klose. Tapi, di lapangan Mauri dapat merubah jalannya pertandingan dan merubah hasil pertandingan.

Cristian Ledesma. Bernama lengkap Cristian Daniel Ledesma, kelahiran Argentina yang kemudian berpindah kewarganegaraan menjadi Italia yang biasa disebut Oriundi. Dibeli dari Lecce di 2006, Ledesma langsung menjadi elemen penting di Lazio. Menempati posisi yang biasa disebut Pirlo Role atau Deep Lying Playmaker. Spesialisasinya adalah long ball dan through ball khas seorang Deep Lying Playmaker. Selain itu tendangan keras nan akurat juga jadi senjata Ledesma untuk memecah kebuntuan. Salah satu gol yang paling diingat dari Ledesma tentu saja gol ke gawang Ivan Pelizoli di Derby Capitale 2007. Tembakan melengkung dari luar kotak penalti dengan menggunakan kaki kiri yang notabene bukan kaki terkuatnya, berhasil mengoyak jala AS Roma. Sejak kedatanganya, Lazio menemukan sosok yang pas untuk mengisi posisi pengatur permainan. Tentu saja, posisi yang dimainkan Ledesma adalah posisi yang khas dan identik dengan Pirlo. Namun, Ledesma mempunyai sedikit nilai plus, karena dia juga seorang gelandang petarung yang tak hanya mengatur permainan dan menentukan aliran bola di lapangan, namun juga bisa menjadi tembok pertama yang harus dihadapai ketika lawan menyerang. Elegan dalam mengatur permainan, agresif dalam bertahan. Bisa dibilang, perpaduan antara Pirlo dan Gattuso (in the different ways). Tahun 2012 menjadi tahun spesial bagi Ledesma, untuk pertama kalinya dia dipanggil untuk memperkuat timnas Italia di laga ujicoba. Seperti yang disebutkan di awal, Ledesma adalah seorang Oriundi (kelahiran Argentina yang berpindah kewarganegaraan menjadi Italia). Sebagai debutan timnas di laga ujicoba melawan Romania, Ledesma dipercaya bermain sebagai starter. Sayangnya, itu adalah satu-satunya caps yang dimiliki Ledesma di timnas hingga sekarang. Tak mengherankan memang, karena di posisi yang sama banyak pemain-pemain berkualitas seperti Ricardo Montolivo, Antonio Nocerino dan tentu saja Andrea Pirlo. Dari tahun ke tahun permainan Ledesma semakin berkembang dan konsisten. Tak salah jika dia sering dipercaya sebagai kapten tim meskipun waktu itu masih relatif muda. Elemen terpenting Lazio dalam beberapa tahun terakhir, yang mampu membawa Lazio berada di 5 besar di dua musim terakhir Serie A.

Mauri dan Ledesma. Namanya tak setenar Signori, Nesta, Veron, Simeone, Hernanes, Klose atau pahlawan-pahlawan Lazio lainnya. Namun, mereka adalah sosok dibalik kesuksesan Biancocelseste dalam menjaga status sebagai klub yang disegani di Italia dan Eropa.

Ave Mauri..!!! Vola Ledesma..!!!