Hujan
akhirnya mereda setelah sekian lama aku berteduh di sebuah halte pinggir jalan.
Sungguh sial memang, perjalanan pulangku sehabis berkunjung ke rumah salah satu
teman terhambat oleh hujan lebat yang tiba-tiba mengguyur. Kunyalakan motorku
yang sedari tadi basah kuyup diguyur hujan. Untung saja motor ini tidak
bermasalah, bisa-bisa kesialanku hari ini makin bertambah. Kupacu motorku
dengan pelan sambil menahan hawa dingin yang menerpa di sekujur tubuh. Jalanan sungguh
sepi, hanya ada beberapa mobil dan motor yang lalu lalang di jalan. Tak
mengherankan, karena memang sudah larut malam. Lama kelamaan aku tak tahan juga
dengan udara dingin ini. Kuputuskan untuk berhenti sejenak di minimarket
terdekat, sekalian untuk membeli makanan kecil sebagai pengganjal perut yang
sedari tadi keroncongan saat menunggu hujan reda.
Tak
beberapa lama sampailah aku dan motor tuaku di minimarket pinggir jalan dengan
lampu-lampunya yang terang. Baru saja memarkir motor dan akan masuk ke
minimarket, tiba-tiba hujan kembali mengguyur. Ah, sial! Perjalanan pulangku
akan terhambat lagi nampaknya. Untungnya sekarang sudah berada di minimarket
yang memang aku tuju. Ya sudahlah, anggap saja ini adalah suatu kesialan yang
tidak setiap hari bisa kita nikmati.
Kulangkahkan
kakiku menuju pintu minimarket. Hawa dingin AC dari dalam minimarket menyambut
kedatanganku disertai ucapan khas selamat datang dari arah kasir yang merupakan
seorang wanita berjilbab. Didalam ada 2 orang pegawai, satu orang perempuan di
bagian kasir yang tadi menyapa, serta seorang pegawai laki-laki yang pada saat
itu sedang bersantai. Suasana di dalam minimarket itu bisa dibilang cukup ramai
untuk tengah malam seperti ini. Ada pasangan suami istri yang bersiap membayar
di kasir, ada dua orang pria paruh baya yang salah satunya sedang memilih-milih
pembersih muka, dan seorang perempuan yang mondar-mandir entah ingin mencari
apa.
Aku
langsung menuju ke deretan makanan kecil untuk kemudian mengambil keripik
kentang dan roti cokelat. Lalu aku beralih ke deretan minuman yang ada di
lemari pendingin untuk memilih minuman. Pilihanku jatuh ke softdrink kenamaan
yang berbentuk kaleng. Setelah kurasa cukup, kulangkahkan kakiku menuju kasir
untuk membayar. Aku harus mengantri di belakang pria yang tadi memilih
pembersih muka yang ternyata banyak juga belanjaannya. Dari arah pintu terlihat
beberapa orang yang masuk dan ada juga yang sebagian hanya berteduh di bangunan
minimarket ini. Diluar hujan bertambah lebat nampaknya.
Diantara
beberapa orang yang baru masuk di minimarket tadi, pandanganku tertuju ke sosok
wanita yang pakaiannya basah terkena hujan dengan wajah yang terlihat sangat
murung. Wajahnya sembab seperti habis menangis. Dia berjalan gontai ke arah
deretan barang yang dipajang dengan langkah yang cukup berat. “Mungkin dia baru
saja mengalami hari-hari yang buruk,” pikirku dalam hati.
Tiba-tiba
terdengar suara tembakan. Jedaaarr! Sontak semua orang yang ada di minimarket
itu kaget. Ada yang berteriak, ada pula yang langsung tersungkur ke lantai. Aku
lalu mencari asal suara tembakan itu sebelum tiba-tiba terdengar tembakan kedua
yang berhasil memecahkan lampu di langit-langit minimarket. Suara tembakan itu
ternyata berasal dari pistol yang digenggam oleh wanita murung berwajah sembab
tadi. “Jangan ada yang berani keluar dari sini,” Ancam wanita tersebut sembari
mengarahkan moncong pistol yang digenggamnya kearah antrian kasir. Si penjaga
kasir bersembunyi di bawah kolong meja kasirnya. Sedangkan aku dan 3 orang lain
yang sedang mengantri harus meratapi nasib sial menghadapi bahaya yang bisa
merenggut nyawa kami.
Orang-orang
yang ada di luar, sedikit menjauh dari arah minimarket karena tahu ada yang
sedang tidak beres di dalam minimarket tersebut. Ada pula yang langsung memacu
kendaraannya pergi dari tempat tersebut meskipun hujan masih mengguyur. Di
dalam minimarket suasana semakin mencekam. Si wanita gila tetap mengarahkan
pistolnya kearah orang-orang yang mengantri di kasir tadi yang sekarang sedang
jongkok sambil memegang kepala, mirip seperti buronan yang baru saja tertangkap
polisi. Aku tak tahu apa yang ada di pikiran wanita gila itu.
“Tak
ada yang boleh keluar dari sini.. atau kalian akan mati!” ancam wanita gila
itu.
“Tenang
mbak.. mbak minta apa? Tolong jangan sakiti kami,” ucap salah satu orang yang
ternyata adalah seorang pria yang merupakan pegawai minimarket itu. Pria itu
mencoba bernegosiasi sambil mendekati wanita gila itu. Sikap berani bak Batman
yang sedang membela warga Gotham yang patut diacungi jempol.
“Mundur
atau kau akan mati..” ucap wanita gila itu sambil tetap memegang pistolnya.
“Tenang
mbak.. saya cuma mau….”
Jedaaarrr!!!
Peluru
dari pistol itu memotong perkataan pria itu diikuti teriakan dari wanita
berjilbab penjaga kasir. Pegawai itu langsung jatuh tergeletak dengan kepala
bersimbah darah. Wanita gila itu tidak main-main. Pegawai itupun mati seketika.
Semua orang yang ada di dalam minimarket kaget bukan kepalang. Kami yang masih
ada di dalam tak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
“Itulah
hukuman bagi kalian yang tak mau mendengarkan. Apa sih sulitnya mendengarkan?”
kata wanita gila itu dengan menaikkan nada bicaranya.
“Kalian
mau jadi seperti pria yang kutembak ini? Kalian punya telinga kan? Telinga
kalian bisa mendengar kan? Jangan jadi sok pahlawan dan dengarkan semua
perkataanku!”
Aku
dan pastinya semua orang yang sekarang terjebak di minimarket ini, tidak tahu
apa yang sebenarnya diinginkan wanita gila ini. Apakah memang dia sudah
kehilangan akal atau menghilangkan nyawa orang di tengah malam adalah hobinya.
Kalaupun uang yang menjadi tujuan utamanya, bukankah dia hanya harus mengancam
penjaga kasir untuk menyerahkan semua uang yang ada di kasir minimarket ini?
Aku memilih tetap tenang dan diam agar tak bernasib sial seperti pegawai pria
tadi.
Aku
hanya bisa berdoa dalam hati agar semua ini akan berakhir dan aku bisa keluar
dari sini dengan selamat. Terjebak hujan dan kedinginan, kemudian terancam mati
konyol di minimarket. Kesialanku hari ini, kurasa sudah cukup.
Secercah
harapan muncul ketika aku mendengar suara sirine mobil polisi. Dan benar saja,
2 mobil polisi sudah berada di area minimarket ini untuk bersiap menyelamatkan
kami dari wanita gila ini. Mungkin orang yang berada diluar tadi yang mendengar
suara tembakan langsung menghubungi polisi dan melaporkan bahwa ada yang tidak
beres di minimarket ini.
Wanita
gila itu sadar akan kehadiran polisi yang datang. Tapi dari mimik wajahnya, dia
kelihatan sama sekali tak gentar. Senyum kecil muncul di wajah sembabnya.
“Aku
tak takut dengan polisi-polisi itu. Aku juga tak takut dengan kematian. Tak ada
yang kutakuti di dunia ini sekarang. Ketakutan itu hanya untuk orang-orang
lemah. Aku kuat. Aku wanita yang kuat. Sangat kuat. Tidak seperti kalian yang
lemah. Nikmatilah rasa ketakutan kalian ini selagi bisa. Karena sekarang aku
akan membawa ketakutan kalian ini pergi bersamaku,” Pidato singkat yang
menakutkan.
Saat
polisi sedang bersiap untuk merencanakan penyergapan atau negosiasi, wanita
gila itu mengarahkan pistolnya kearah kami. Tanpa tedeng aling-aling, wanita
gila itu menghujamkan timah panas kearah kami dengan membabi buta. Peluru itu
menembus tubuh kami yang tak berdaya. Aku tertembak di perut, sedangkan yang
lainnya tertembak di kepala dan dada. Pegawai kasir yang sedari tadi
bersembunyi di bawah meja kasir berteriak-teriak sebelum wanita gila itu
menghampirinya dan melontarkan peluru dari pistol kearahnya. Mengenaskan.
Polisi
yang sedang berada diluar kaget bukan kepalang. Aku masih dalam keadaan sadar
meskipun darah terus mengucur dari perutku yang tertembak ini. Aku masih bisa
melihat wanita gila itu. Sekarang dia menodongkan pistolnya ke kepalanya
sendiri. Masih saja terlihat senyum kecil di wajah sembabnya itu.
Jedaarrr!
Wanita
itu terkapar bersimbah darah. Aku yakin dia tewas seketika itu juga. Mustahil
dia masih bisa hidup dari tembakan di kepala. Sungguh mengerikan melihat
peristiwa itu dengan mata kepalaku sendiri. Tambah mengenaskan ketika kulihat
tidak ada lagi yang bernyawa kecuali aku, dari kumpulan orang yang tadinya
mengantri di kasir minimarket ini. Beruntung, tapi aku tak tahu apakah masih
bisa bertahan karena darah masih mengalir dari perutku yang tertembak.
Polisi
masih berada diluar dan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam. Mungkin
mereka masih sibuk berdiskusi untuk menentukan langkah apa yang akan diambil
dengan birokrasi berbelit khas negeri ini.
Dalam
kondisiku yang seperti ini, aku pasrah jika nyawaku tak tertolong. Ketakutan
akan kematian sirna, seperti kata-kata wanita gila tadi. Jika akan benar-benar
mati, aku hanya bisa meratapi kesialanku hari itu. Terbunuh tengah malam di
minimarket oleh wanita gila yang baru saja ditemui. Andai saja hari ini tidak
hujan. Andai saja perutku tidak lapar. Andai saja aku tidak masuk ke
minimarket. Aku hanya bisa meratapi kesialanku hari ini. Suatu kesialan memang
tidak bisa ditawar. Aku jadi ingat salah satu kalimat terkenal. Tapi dengan
kondisiku sekarang ini, kata terakhir dari kalimat terkenal itu bisa diganti.
Apa
yang tidak bisa membunuhmu, akan menjadikanmu sekarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar