“Namamu seperti nama laki-laki,”
“Haaa.. nama panggilanmu juga seperti nama perempuan,”
jawabnya.
“Berarti bisa dibilang nama kita ini anomali ya?”
“Kita? kau aja sendiri sana, hehehe..”
Detik demi detik berlalu menemani mata dan telunjukku
yang lelah. Meskipun begitu, rasanya tak ingin segera beranjak dari tempat
dudukku sekarang. Pengalaman baru ini yang belum pernah kualami sebelumnya,
membuatku betah berlama-lama disini dan tak ingin pergi kemana-mana.
“Kita lahir di bulan yang sama ternyata, cuma berbeda 4
hari”
“Kebetulan yang tak terduga bukan? Hehehe..” jawabku
bangga.
“Jangan-jangan kita berjodoh..” godanya
“Bagaimana jika kita langsung ke KUA saja?” balasku.
“Hahaha.. siapa takut?!” jawabnya
Begitulah. Hari demi hari setelahnya, dilewati dengan obrolan
random ngalor ngidul. Pertemuan tak sengaja di tempat baru yang tak pernah
terpikirkan ini, membuat kami jadi dekat. Tidak dekat-dekat amat. Lumayan dekat
lebih tepatnya.
“Aku masuk IPA..!!!” teriaknya kegirangan.
“Wah, selamat yaaa..” jawabku
“Usaha kerasku tak sia-sia, horeeee..” tambahnya.
“Usaha keras itu takkan mengkhianati, selanjutnya jangan
malas-malasan ya,” jawabku sok menasehati.
“Siap bos!”
Berbagai peristiwa yang kami alami, saling kami bagi satu
sama lain. Kadang juga terjadi pertengkaran kecil tak jelas yang membuat kami
saling jengkel satu sama lain. Makin hari, kami mulai jarang berkomunikasi. Meskipun
intensitas komunikasi jadi makin berkurang, namun hubungan aneh kami ini tetap
terjaga.
“Kenapa kau jadi seperti ini? seperti bukan kau saja,”
tanyanya.
“Entahlah, tak setiap hari aku mengalami hal seperti
ini,” jawabku.
“Begitu spesialnya ya dia, sampai bisa bikin kau jadi
begini,”
“Ya seperti itulah, semoga hal seperti ini cepat
berlalu,” jawabku lagi.
“Tenanglah, nikmati hal-hal seperti ini selagi bisa, kau
sendiri yang bilang kalau tak setiap hari kau mengalami hal seperti ini.. jadi,
jangan terlalu bersedih, dan nikmatilah,” hiburnya padaku.
Saling berbagi dan menasehati. Kebiasaan kami jika salah
seorang sedang mengalami masalah. Meskipun lebih muda, dia tak canggung untuk
memberi masukan dan nasehat kepadaku.
Intensitas komunikasi kami makin hari makin berkurang.
Dari tiap jam sekali, ke sehari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali, ke
setahun sekali hingga akhirnya menghilang. Kupikir itu hal yang wajar, karena
kesibukan kami masing-masing. Ditambah dengan umur yang makin bertambah,
menjadikan kesenangan dan kegilaan yang dulu pernah kami rasakan bersama,
menjadi sangat berbeda. Tak akan sama jika kami coba ulangi dengan situasi sekarang
ini.
“Where have you been?” tanyaku setelah sekian lama.
“Nowhere.. just carry on my life, study and stuff,”
jawabnya.
“Well.. i miss good old days when we share everything
together,” ungkapku.
“Me too.. but, can we start everything just like before?”
tanyanya padaku.
“I don’t know.. everything is changes now.. we can’t
repeat everything,”
“Exactly, it’s never be the same,” jawabnya.
Benar. Mencoba mengulang segala sesuatu dari awal untuk
mendapatkan kesenangan dan kegembiraan yang pernah dialami itu memang sulit
adanya. Jikalau bisa, kesenangan yang hadir tak akan pernah sama.
“Bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanyanya.
“Tentu, apa?” jawabku.
“Apakah kau sayang padaku?” tanyanya serius.
“Itukah pertanyaannya?” tanyaku
“Iya, jawablah.. apakah kau sayang padaku?” tanyanya
lagi.
“Iya. Sayang,” jawabku.
“Kenapa kau bisa sayang padaku?” tanyanya dengan
pertanyaan baru.
“Entahlah.. perasaan ini tak jelas, kadang datang, kadang
pergi, seperti kau. Juga, aku merasa kalau kau ini seperti kurang nyata. Dari
semua yang telah kita lalui, rasa sayang bahkan cinta itu pasti ada, dan aku
yakin kau pun tahu itu. Kita mengenal satu sama lain secara tak sengaja, namun
kita bisa menjaga hubungan ini selama bertahun-tahun dan menurutku itu luar
biasa. Bohong jika aku bilang kalau tak sayang, meskipun kita tak pernah
bertatap muka,” jawabku panjang lebar.
“Bagaimana denganmu, apakah kau sayang padaku?” tanyaku
padanya.
“Entahlah, seperti yang kau bilang tadi.. kurang nyata.
Kita memang sudah bertahun-tahun saling mengenal, tapi tak pernah bertatap
muka. Itu yang membuat aku juga merasa kalau kau itu juga tidak nyata,”
jawabnya.
Hubungan yang tidak nyata. Mungkin tajuk seperti itulah
yang bisa menjelaskan bagaimana hubungan kami ini. Namun perasaan dan
kesenangan yang dirasakan itu benar-benar nyata. Membingungkan dan menyenangkan
disaat bersamaan. Aku sendiri begitu menikmati tiap detik hubungan yang tidak
nyata ini. Kini dia telah menghilang namun tidak benar-benar hilang. Dan entah,
apakah hubungan ini bisa muncul kembali dengan berbagai asam garamnya atau
hanya akan menjadi sebuah deretan kenangan yang takkan terulang. Kuputuskan
untuk tetap menunggu.
She was close, close enough to be a ghost.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar