Luq terus melangkahkan
kakinya di sepanjang trotoar sembari terus melihat secarik kertas di tangannya.
Berkali-kali dia melihat ke kertas tersebut kemudian menengok ke arah bangunan
dan gedung yang dilaluinya. Ketika tiba di sebuah bangunan bercat biru, Luq
menghentikan langkahnya. Dilihat kembali kertas yang ada di tangannya, kemudian
melihat nama dan nomor dari gedung tersebut. Di dinding dekat pintu terdapat
sebuah tulisan, dr. Mars (Psikiater). Merasa yakin apa yang dicarinya telah
ditemukan, Luq pun masuk ke dalam gedung tersebut.
Di dalam gedung yang sepi
itu, Luq segera menuju resepsionis untuk mendaftarkan namanya. Setelah urusan
tetek bengek administrasi usai, Luq duduk di ruang tunggu, menunggu namanya
dipanggil.
“Bapak Luq, silahkan masuk,”
Mendengar panggilan dari seorang
wanita paruh baya di ruangan itu, Luq beranjak dari tempat duduknya dan
langsung memasuki sebuah ruangan tempat dokter Mars berada. Di ruangan tersebut
terlihat dokter Mars sudah menunggu Luq di meja kerjanya.
“Silahkan duduk Pak Luq,” ujar dokter Mars membuka pembicaraan
“Terima kasih, dok,” balas
Luq.
“Jadi, apa yang bisa saya
bantu, Pak Luq?”
“Saya datang kemari untuk
memeriksa kejiwaan saya dok, saya merasa mendapatkan gangguan kejiwaan yang
sangat akut,”
“Gangguan kejiwaan seperti
apa? bisa anda ceritakan?”
“Saya mengalami banyak
halusinasi yang makin hari makin mengganggu kehidupan saya, saat tertidur
maupun saat terjaga saya banyak mengalami halusinasi dan khayalan yang sulit
untuk dihilangkan, dok,”
“Bisa anda ceritakan
bagaimana hal itu terjadi, dan hal apa yang membuat anda terganggu dengan
halusinasi tersebut?”
“Semua berawal ketika saya bermimpi
sedang berada di sebuah tempat makan. Saat itu saya memesan ayam goreng untuk
menu makan siang. Tiba-tiba datang seorang perempuan bergabung di meja saya.
Perempuan itu memesan menu yang sama dengan menu makan siang saya. Kemudian
kami berbincang-bincang, panjang lebar, dari situlah saya tahu nama perempuan
tersebut adalah Tina,”
“Saya kemudian terbangun
dari tidur. Saya beranggapan bahwa mimpi yang baru saja saya alami tersebut
adalah mimpi biasa yang bisa saja dialami oleh orang lain. Tapi anggapan saya
itu salah,”
Luq sedikit menghela nafas
dan kemudian melanjutkan ceritanya.
“Beberapa hari setelahnya,
entah kenapa, saya selalu melihat sosok Tina di berbagai kehidupan saya. Dia
hadir di tempat-tempat tak terduga dimana saya juga berada disana. Pernah suatu
waktu ketika saya sedang berada di sebuah pasar malam, saya melihat sosok Tina
tiba-tiba berada di samping saya. Kami sempat mengobrol sambil berjalan-jalan
di pasar malam saat itu. Kami menghabiskan waktu bersama menikmati malam di
pasar malam yang kami datangi tersebut, hari dan peristiwa yang sangat aneh”
“Di lain kesempatan, saya tiba-tiba
bersama dengan Tina menuju ke sebuah pantai. Kami berkendara bersama menuju
pantai tersebut. Disana kami kembali menghabiskan waktu bersama, sungguh
menyenangkan. Tetapi entah kenapa saya merasa itu semua hanya sebuah
halusinasi. Di lain pihak, otak dan pikiran saya berpikir bahwa ini semua
memang nyata dan benar adanya,”
“Peristiwa atau khayalan
yang anda alami bersama sosok yang bernama Tina tersebut apakah benar-benar
mengganggu anda?” tanya dokter Mars.
“Entahlah dok, kadang saya
merasa keberadaan Tina adalah sesuatu anugerah karena saya banyak menghabiskan
waktu yang menyenangkan bersamanya, tapi saya juga merasa bahwa semakin lama
Tina berada di kepala saya, semakin saya merasa menjadi gila. Tina menjadi
sosok yang selalu hadir di kehidupan saya. Saya sendiri masih belum bisa yakin,
apakah sosok Tina yang saya pertama kali temui di mimpi itu memang benar-benar
ada atau hanya sebuah halusinasi,”
“Seminggu yang lalu, saya
bertemu kembali dengan Tina. Saat itu kami bertemu di sebuah supermarket. Di
kesempatan itulah Tina membelikan saya sebuah boneka, boneka Beruang. Saya tak
tahu apa maksud dari Tina tersebut, saya pun juga tak ingat apakah itu hanya
sebuah mimpi atau memang benar-benar kenyataan,”
“Semenjak pertemuan di
supermarket itu, saya tak pernah melihat lagi sosok Tina. Dan semenjak itulah saya
merasa seperti orang tak waras. Ketika saya sangat ingin bertemu Tina, dia tak
pernah datang. Namun ketika kehadirannya tidak saya inginkan dia selalu hadir
di sekitar saya,”
“Jadi, apa yang harus saya
lakukan dok?” tanya Luq.
“Oke, mungkin sebaiknya anda….”
Biiib Biiib Biiib Biiibb
Biiibb Biiibbb
Suara alarm jam berbunyi
cukup keras membangungkan Luq yang sedang terlelap tidur. Luq kemudian menekan
tombol jam tersebut yang berada di samping boneka beruang di atas mejanya. Luq
bangun dan langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Selesai dari kamar
mandi, Luq melemparkan tubuhnya ke ranjang tempat dia tidur. Matanya yang masih
merah itu menatap ke langit-langit kamar dengan pandangan kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar