Siapakah
pahlawan Lazio yang sesungguhnya? Jika pertanyaan ini diberikan
kepada fans Lazio di pertengahan tahun 90an pasti jawabannya adalah
Beppe Signori. Fans di era akhir 90an dan awal millenium baru akan
menjawab Allesandro Nesta, Pavel Nedved, Sinisa Mihaljovic, Hernan
Crespo atau Juan Sebastian Veron sebagai pahlawan mereka. Bagaimana
dengan era sekarang? tepatnya 2013. Apakah Miroslav Klose? atau
Anderson Hernanes? Setiap orang pasti punya pahlawannya
masing-masing. Dari semua nama yang disebutkan diatas memang layak
dianggap sebagai pahlawan bagi Lazio. Di eranya masing-masing tentu
saja. Nama-nama yang sangat tidak asing buat pecinta sepakbola eropa
dan pecinta Lazio khususnya. Namun, ada beberapa pemain yang layak
dianggap sebagai pahlawan namun jarang muncul ke permukaan atau
jarang di-expose
oleh media. Siapakah mereka?
Di
awal tahun 2000an era presiden Sergio Cragnoti, Lazio mengalami
krisis finansial yang menyebabkan klub ini bangkrut. Salah satu
penyebabnya adalah pembelian pemain gila-gilaan yang beberapa
memecahkan rekor transfer dunia saat itu. Dari Cristian Vieri hingga
Gaizka Mendieta. Alhasil, lambat laun pemain-pemain top mereka hijrah
ke klub lain. Sampai pangeran, ikon sekaligus kapten mereka yang
dicintai fans, yaitu Allesandro Nesta dengan berat hati harus
meninggalkan klub yang dicintainya untuk membantu keuangan klub
dengan hijrah ke AC Milan. Lazio sendiri kemudian diakusisi oleh
Claudio Lotito yang sampai sekarang menjabat sebagai presiden klub.
Dengan dana yang terbatas di era yang baru, Lazio tidak bisa dengan
mudah membeli pemain top dunia seperti era Cragnoti dulu. Satu
persatu bintang yang dimiliki Lazio hijrah ke klub lain. Namun, Lazio
tetap berhasil menjaga superioritas mereka di kawasan Italia dengan
skuad yang tidak terlalu mentereng, dengan 2 kali menjadi juara Coppa
Italia atau berada di posisi papan atas klasemen untuk jaminan
berlaga kompetisi eropa.

Ada
beberapa pemain yang datang di era krisis dan prestasi Lazio yang
kian menurun. Stefano Mauri yang datang dari Udinese dan Cristian
Ledesma yang dibeli dari Lecce setahun kemudian. Nama keduanya
mungkin tidak setenar Paolo Di Canio, Angelo Peruzzi atau Goran
Pandev waktu itu. Saat kedatangan beberapa bintang baru seperti Mauro
Zarate, Anderson Hernanes hingga sekarang Miroslav Klose, nama Mauri
& Ledesma pun mungkin masih asing di telinga pecinta sepakbola
eropa. Namun, kontribusi keduanya sangat besar bagi Lazio di masa
keterpurukan hingga sekarang. Bersama Tommaso Rocchi (yang pindah ke
Inter di jendela transfer musim dingin 2013), mereka menjadi tokoh
sentral yang membawa Lazio tetap menjadi tim yang disegani dan
kompetitif di Italia. Tidak terlalu diperbicangkan tapi di lapangan
keduanya menjadi sosok penting di posisinya masing-masing. Sekarang
mereka dipercaya memimpin rekan-rekannya dengan menjadi kapten.
Setelah kepergian Rocchi, Mauri diangkat menjadi kapten tim dan
Ledesma menjadi wakilnya.
Stefano
Mauri. Gelandang yang mempunyai tinggi 186 cm ini termasuk utilty
player yang
bisa bermain di beberapa posisi. Di tahun-tahun awal membela Lazio,
Mauri ditempatkan di sayap kiri. Dia bukan tipe inverted
winger yang
mengandalkan kecepatan layaknya Aaron Lennon atau Theo Walcott, namun
tipikal classic
winger
dengan drible
yang mumpuni. Mempunyai kemampuan menjaga bola dengan baik dan
seorang pengumpan ulung. Seiring berjalannya waktu Mauri juga sering
digeser ke kanan untuk menempati posisi sayap kanan. Posisi yang
membuat dia bisa merangsek lebih kedalam ke pertahanan lawan karena
Mauri adalah seorang kidal. Di tahun-tahun selanjutnya Mauri
mendapatkan kepercayaan menjadi seorang Trequartista.
Posisi sentral khas Italia yang berada tepat di belakang penyerang.
Di posisi ini Mauri jadi lebih leluasa untuk menciptakan peluang,
assist dan gol. Gol dari Mauri banyak tercipta ketika dia menjadi
seorang Trequartista.
Seiring
kedatangan Anderson Hernanes dari Sao Paolo di 2010, Mauri kembali
lagi ke posisi aslinya di sayap kiri. Bersama Hernanes yang sangat
dominan saat itu, Mauri membawa Lazio berada di peringkat 5 klasemen
akhir Serie A musim 2010/2011 (satu strip di bawah Udinese, yang
berhak bermain di Liga Champions). Di tahun 2012 Mauri dipanggil ke
timnas Italia (sejak terakhir kali memperkuat Gli Azzuri pada tahun
2004 saat masih membela Udinese) untuk melakoni beberapa pertandingan
uji coba dan kualifikasi Piala Eropa 2012. Namun, Mauri tidak ada di
daftar skuad Italia untuk Piala Eropa 2012, kalah bersaing dengan
Allesandro Diamanti atau Ricardo Montolivo. Di tahun tersebut Mauri
membawa Lazio ke peringkat yang lebih baik dari tahun sebeleumnya di
klasemen akhir serie A, yaitu peringkat 4. Namun sayang, lagi-lagi
Lazio gagal ke Liga Champions karena tiket terakhir jatuh ke tangan
Udinese yang berada di peringkat ke 3 (di musim 2012/2013 jatah
Italia di Liga Champions dikurangi menjadi 3 klub saja).
Mauri,
seorang gelandang elegan dengan skill menawan. Pemain yang konsisten
sejak kedatangannya pertama kali ke Lazio yang sedang terpuruk
ditinggal pemain-pemain bintangnya. Mungkin dia tak semenonjol
Hernanes atau Klose. Tapi, di lapangan Mauri dapat merubah jalannya
pertandingan dan merubah hasil pertandingan.
Cristian
Ledesma. Bernama lengkap Cristian Daniel Ledesma, kelahiran Argentina
yang kemudian berpindah kewarganegaraan menjadi Italia yang biasa
disebut Oriundi. Dibeli dari Lecce di 2006, Ledesma langsung menjadi
elemen penting di Lazio. Menempati posisi yang biasa disebut
Pirlo Role atau
Deep Lying Playmaker. Spesialisasinya
adalah long
ball dan
through ball
khas seorang Deep
Lying Playmaker.
Selain itu tendangan keras nan akurat juga jadi senjata Ledesma untuk
memecah kebuntuan. Salah satu gol yang paling diingat dari Ledesma
tentu saja gol ke gawang Ivan Pelizoli di Derby Capitale 2007.
Tembakan melengkung dari luar kotak penalti dengan menggunakan kaki
kiri yang notabene bukan kaki terkuatnya, berhasil mengoyak jala AS
Roma. Sejak kedatanganya, Lazio menemukan sosok yang pas untuk
mengisi posisi pengatur permainan. Tentu saja, posisi yang dimainkan
Ledesma adalah posisi yang khas dan identik dengan Pirlo. Namun,
Ledesma mempunyai sedikit nilai plus, karena dia juga seorang
gelandang petarung yang tak hanya mengatur permainan dan menentukan
aliran bola di lapangan, namun juga bisa menjadi tembok pertama yang
harus dihadapai ketika lawan menyerang. Elegan dalam mengatur
permainan, agresif dalam bertahan. Bisa dibilang, perpaduan antara
Pirlo dan Gattuso (in the different ways). Tahun 2012 menjadi tahun
spesial bagi Ledesma, untuk pertama kalinya dia dipanggil untuk
memperkuat timnas Italia di laga ujicoba. Seperti yang disebutkan di
awal, Ledesma adalah seorang Oriundi (kelahiran Argentina yang
berpindah kewarganegaraan menjadi Italia). Sebagai debutan timnas di
laga ujicoba melawan Romania, Ledesma dipercaya bermain sebagai
starter. Sayangnya, itu adalah satu-satunya caps yang dimiliki
Ledesma di timnas hingga sekarang. Tak mengherankan memang, karena di
posisi yang sama banyak pemain-pemain berkualitas seperti Ricardo
Montolivo, Antonio Nocerino dan tentu saja Andrea Pirlo. Dari tahun
ke tahun permainan Ledesma semakin berkembang dan konsisten. Tak
salah jika dia sering dipercaya sebagai kapten tim meskipun waktu itu
masih relatif muda. Elemen terpenting Lazio dalam beberapa tahun
terakhir, yang mampu membawa Lazio berada di 5 besar di dua musim
terakhir Serie A.
Mauri
dan Ledesma. Namanya tak setenar Signori, Nesta, Veron, Simeone,
Hernanes, Klose atau pahlawan-pahlawan Lazio lainnya. Namun, mereka
adalah sosok dibalik kesuksesan Biancocelseste dalam menjaga status
sebagai klub yang disegani di Italia dan Eropa.
Ave
Mauri..!!! Vola Ledesma..!!!