Jumat, 22 April 2011

Terima Kasih Malaysia


Perjuangan Suporter Seluruh Indonesia untuk meruntuhkan rezim Nurdin Halid akhirnya terwujud di bulan April ini. FIFA akhirnya turun tangan dalam mengatasi polemik sepakbola Indonesia dengan membentuk Komite Normalisasi, mereka juga menyatakan Nurdin cs. tidak 'kredibel' lagi dalam mengurusi PSSI. Dengan demikian seluruh wewenang PSSI sekarang berada di tangan Komite Normalisasi yang dipimpin oleh Agum Gumelar. Dan yang paling menggembirakan publik sepakbola Indonesia adalah Nurdin Halid tidak akan bisa lagi mencalonkan diri menjadi ketua umum PSSI. Perjuangan Suporter seantero tanah air untuk meruntuhkan rezim Nurdin selama ini tidak sia-sia, bahkan yang terbaru Sekjen PSSI Nugraha Besoes memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya tersebut yang sudah dia emban sejak 1980an silam. Hal ini mungkin akan menjadi sejarah yang manis dalam persepakbolaaan Indonesia, dimana Suporter bersatu meruntuhkan dinasti Nurdin cs.

Patutnya kita juga musti berterima kasih kepada Timnas Malaysia, karena secara tidak langsung mereka turut andil dalam meruntuhkan rezim Nurdin cs. Kalau dirunut kebelakang kekecewaan bahkan kemarahan masyarakat bola Indonesia bersumber pada kekalahan menyakitkan dari Malaysia di Final AFF Cup 2010 lalu, disaat masyarakat punya ekspektasi tinggi terhadap timnas Garuda dengan pemberitaan yang membabi buta justru berakhir dengan anti-klimaks. Saat itu timnas Garuda yang bermain ciamik dan menyihir ratusan juta rakyat Indonesia harus takluk oleh harimau Malaya dengan agregat 4-2. Harapan ratusan juta rakyat Indonesia untuk melihat timnas kebanggaannya menjadi juara lagi-lagi harus dipendam. Dan saat itulah kebencian, kekecewaan, dan kemarahan rakyat Indonesia kepada rezim Nurdin cs. semakin menjadi jadi, drama-drama berbau politik yang berujung kegagalan yang kesekian kalinya bagi Timnas Garuda sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Coba kita bayangkan jika Timnas Garuda pada saat itu menang dan menjadi juara AFF, bukan tidak mungkin rezim Nurdin cs. yang korup itu mempunyai alasan yang kuat untuk tetap memimpin PSSI di periode 2011-2015 mendatang.(lha wong permainan apik timnas saat AFF aja diakui sebagai kesuksesan salah satu partai yang digawangi Nurdin, apalagi jika waktu itu timnas jadi juara?). Untung saja setelah AFF berakhir media nasional secara gencar memberitakan tentang sepakbola nasional terutama "kepicikan" rezim Nurdin cs. ini mulai dari kekalahan dari Malaysia, Statuta FIFA yang dipelintir, keberadaan Liga Primer Indonesia, Revolusi PSSI dan lain-lain. Nurdin yang keras kepala itu pun masih belum mau turun dari jabatannya walau sudah diserang dari berbagai sisi. Namun kali ini dia sudah tidak bisa berkutik lagi, FIFA yang dulu dia jadikan tameng sekarang malah menyerang balik dirinya dengan tidak mengakui dirinya lagi sebagai ketua PSSI.

Kini bola ada di tangan pemilik suara, karena di tangan mereka lah nasib masa depan persepakbolaan Indonesia berada. Pilihlah pengurus PSSI berdasar pada hati nurani agar peristiwa-peristiwa seperti ini takkan terulang kembali. Saya yakin jika sepakbola kita akan maju dan berprestasi jika diurus oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya. Dengan carut marutnya Persepakbolaan Indonesia seperti sekarang saja AFC masih memberi jatah 1 tiket langsung di babak "Group Stage" Liga Champions Asia, satu hal yang tidak dimiliki Thailand yang notabene peringkat FIFA nya lebih tinggi daripada Indonesia. Ditambah lagi dengan 1 tiket play off LCA dan1 tiket AFC Cup. Bayangkan, jika Liga kita tertata dengan rapi dan profesional bukan tidak mungkin juara Liga Champions Asia, AFC Cup, AFF CUP, ataupun ASIAN CUP bisa direngkuh, bahkan mimpi masuk piala dunia bisa jadi kenyataan. Semoga saja! Lembaran baru telah dibuka mari bersama-sama kita kawal Revolusi ini agar tak jatuh ke tangan yang salah, dan tidak lupa kita ucapkan "Terima kasih" kepada Malaysia yang telah merubah segalanya. MAJULAH SEPAKBOLA INDONESIA!

Tidak ada komentar: